Minggu, 15 November 2020

AN PENGGANTI UN? APA HUBUNGANNYA DENGAN AKM?

Bismillahirrahmanirrahiim...

Seperti yang sebelumnya pernah terjadi, setiap kebijakan baru terkadang selalu menimbulkan pro dan kontra.  Begitu juga yang terjadi pada dunia pendidikan.  Saat Ebtanas ( Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) diberlakukan pertama kalinya, sekolah juga sempat memprotes kebijakan ini.

  Karena sungguh tidak adil siswa yang sudah belajar sekian tahun hanya ditentukan oleh ujian yang lamanya 3-4 hari.  Juga belakangan adanya UN (Ujian Nasional) yang lebih kurang sama dengan model Ebtanas dahulu.

Nah,.. Saat ini muncul dengan apa yang disebut AN (Asesmen Nasional).  Kemunculan AN juga menimbulkan berbagai penafsiran yag menjurus ke arah perdebatan yang panjang dan melelahkan.  

Terkadang banyak pemikiran yang kurang tepat (kalau boleh dibilang keliru) mengenai maksud dan tujuan AN karena kurangnya budaya literasi pada masyarakat kita.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam penjelasan mengenai apa dan bagaimana AN, dapatlah diberi kesimpulan sebagai berikut:

  • Mengevaluasi Sistem, bukan Murid.  Hal yang paling utama dan penting adalah bahwa AN murni merupakan evaluasi atas mutu sistem pendidikan dan bukan evaluasi atas prestasi murid sebagai individu.  Hasil AN tidak memiliki konsekuensi sedikitpun terhadap murid yang mengikutinya atau menjadi pesertanya.  Sedangkan UN dahulu adalah evaluasi yang mencampuradukkan evaluasi terhadap murid dan evaluasi terhadap sistem pendidkan.Di satu sisi UN digunakan sebagai alat mengukur penguasaan tiap murid terhadap materi kurikulum.  Hasilnya juga digunakan sebagai penentu kelulusan dan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.  Sedangkan pada sisi lain UN digunakan sebagai alat memetakan mutu pendidikan serta mengevaluasi kinerja sekolah dan pemerintah daerah.  Terbukti, pada tahun-tahun sebelumnya Kemendikbud rutin mengumumkan skor UN semua sekolah dan memberi apresiasi pada sekolah-sekolah "Juara UN".  Perbedaan yang menyolok antara UN dan AN adalah misalnya, tidak semua murid kelas 5, 8, dan 11 perlu mengikuti AN.  Jadi AN cukup diikuti oleh beberapa peserta sebagai sampel murid yang dipilih secara acak untuk mewakili teman-temannya di sekolah tersebut.  Konsekuensi lanjutannya adalah hasil AN tidak dilaporkan pada level individu.  Hasil AN hanya akan dilaporkan dalam benuk profil sekolah dan daerah.

  • Mengukur penalaran, bukan hafalan. Implikasi lain dari perbedaan UN dengan AN adalah pada apa yang diukur.  UN dirancang untuk menilai penguasaan murid terhadap materi kurikulum yang mencakup semua topik yang pernah dipelajari selama SD, SMP,  atau SMA.  Keluasan materi yang diujikan pada UN membatasi kedalaman kognitif yang bisa diukur oleh UN, sehingga sulit mengukur kemampuan nalar atau pemahaman.  Sehingga wajar jika soal UN cenderung bersifat hafalan.  Hal sebaliknya akan diberlakukan pada AN.  Karena dirancang khusus untuk mengevaluasi sistem, maka AN tidak memiliki beban evaluasi atas penguasaan murid terhadap kurikulum.  Maka AN bisa difokuskan pada hasil belajar yang mendasar sebagai ukuran dari keberhasilan sistem pendidikan.  Dalam hal ini AN akan mengukur literasi dan numerasi murid melalui serangkaian tes yang disebut Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).  Literasi adalah kemampuan memahami dan mengevaluasi bacaan.  Numerasi adalah kemampuan menerapkan konsep matematika dasar untuk menyelesaikan  masalah.  Tentu saja sebagai kecakapan mendasar, literasi dan numerasi mencerminkan hasil belajar dari paduan berbagai mata pelajaran.  Kebiasaan dan ketrampilan membaca tidak cukup ditumbuhkan melalui pelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi juga melalui pelajaran IPS, IPA, PPKn, Agama, dan lainnya.  Demikian juga dengan numerasi.  Kemampuan berpikir logis untuk mengenali dan merumuskan masalah, kemudian mencari penyelesaiannya tidak bisa hanya dikembangkan melalui Matematika saja. IPA, IPS, dan lainnya juga turut berkontribusi.

 

Bersiap Menghadapi Asesmen Nasional

Lalu, apa artinya AN bagi murid?

Harus bagaimana para murid?

Untuk menghadapi AN tidak ada perkara khusus yang dipersiapkan.  Peserta AN akan dipilih secara acak, dan hasilnya tidak memiliki konsekuensi pada murid yang menjadi peserta.  Murid kelas 6, 9, dan 12 cukup konsentrasi menghadapi ujian sekolah sebagai penentu kelulusan serta ujian lain yang menjadi bagian seleksi masuk jenjang pendidikan selanjutnya.

 

Bagaimana dengan para guru dan kepala sekolah?

Untuk tahun 2021, tidak ada yang perlu dirisaukan oleh guru dan kepala sekolah.  Mendikbud telah menyatakan bahwa hasil AN 2021 lebih ditujukan untuk memetakan secara awal atau baseline mutu sistem pendidikan secara nasional.  Dengan kata lain, AN 2021 tidak digunakan untuk mengevaluasi kinerja sekolah maupun daerah.  Namun, untuk jangka panjang, AN secara implisit menuntut guru agar memperbaiki kualitas pengajarannya.  Fokus pada daya nalar dalam bentuk literasi dan numerasi adalah cara kemendikbud untuk mendorong guru mengubah caranya mengajar.  Agar para murid mampu meningkatkan kemampuan literasinya, guru perlu sering mendorong murid untuk membaca secara luas.  Bukan saja terpaku pada membaca buku teks.  Guru juga perlu mempraktikkan budaya berdiskusi, mengevaluasi informasi yang dibaca, tidak sekedar meringkas dan mengulang kembali.  Sedangkan untuk numerasi, guru perlu memastikan murid memiliki intuisi angka dan pemahaman aritmatika dasar sejak dini.  Guru juga perlu memandu murid memecahkan masalah yang menuntut diskusi dan penalaran, tidak cukup dipecahkan dengan menghafal rumus.

 

Perubahan Kebijakan dan Respon Publik

Perubahan sistem evaluasi adalah upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan secara komprehensif .  Evaluasi harus membawa perubahan positif pada praktik pengajaran.  Namun dari sudut pandang para pelaku pendidikan di sekolah, perubahan kebijakan selalu menimbulkan keresahan dan kegelisahan.  Hal ini sangat dimaklumi, mengingat berbagai perubahan di masa lalu seringkali bukan membawa angin segar melainkan setumpuk kegelisahan. Semoga kemendikbud mengantisipasi keresahan atas perubahan sistem evaluasi ini.

Sumber:Ninoaditomo.com


"di dunia ini tidak ada yang tetap, satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri."

"Rahasia perubahan adalah memusatkan seluruh energimu, bukan untuk melawan yang lama melainkan untuk membangun yang baru."

"Jika tidak berubah, kita tidak tumbuh.  Jika tidak tumbuh, kita tidak benar-benar hidup."

"Awali perubahan dengan kesadaran, karena untuk melakukan suatu perubahan itu butuh kesadaran, jika tidak menyadari suatu perubahan maka tidak akan ada PERUBAHAN."

Untuk lebih jelas lagi, mari kita simak penjelasan dari Bapak Nadiem Makarim, Selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.   Silakan klik di sini!

 


0 komentar:

Posting Komentar