Sabtu, 04 Juli 2020

Jadi Guru Itu Berat, Biar Kami Saja....

 Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,...

Pekerjaan atau profesi apa yang aktivitasnya tidak sibuk-sibuk amat? Sehingga cukup berangkat dari rumah jam enam pagi kemudian jam 2 paling lama jam 3 sore sudah di rumah? Sebagian besar orang kalau diberikan pertanyaan seperti itu pasti jawabnya GURU...
itu dahulu saat jamannya guru omar bakrie. Tapi sekarang...no way..! Anda yang sekarang menjalani profesi sebagai guru ataupun anda yang memiliki pasangan hidup ataupun orang tua yang juga bekerja sebagai guru tentu sudah merasakannya bahwa pernyataan kalau guru itu berangkat kerja jam 6 pagi lalu sudah kembali ke rumah jam 2 sore adalah MITOS SEMATA...😊.apalagi bagi guru-guru swasta yang nota bene sekolahnya bejibun amat dengan kegiatan-kegiatan..😁

GURU diGUgu dan ditiRU..
yach seorang guru memang menjadi panutan bukan hanya bagi para anak didiknya tetapi juga bagi lingkungan kerja dan lingkungan tempat tinggalnya. Apanya yang digugu? semua guru sudah selayaknya mengeluarkan kata-kata atau ucapan-ucapan yang sopan sesuai ajaran agama. Kata-kata yang menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya, ataupun kalimat-kalimat yang selalu memotivasi siapapun untuk menjadi lebih baik ke depannya. Karena itulah seorang guru pantas untuk digugu.

Selain perkataan, segala perbuatan ataupun perilaku seorang guru juga menjadi tolok ukur atau barometer akhlak bagi anak-anak didiknya dan juga lingkungan pergaulannya. Karena itulah guru mesti ditiru attitudenya...

Jadi guru itu berat,....
coba deh kalau kamu baca berita-berita yang kurang baik atau negatif, misalnya berita kriminal. Jika pelakunya bukan seorang guru maka beritanya terkesan datar judulnya pun tidak bombastis... tapi..., jika pelakunya seorang guru maka mulai dari judul sampai pemaparan berita, semuanya terkesan sangat menghakimi dan mencoreng citra pendidik...apalagi kalau gurunya sebagai guru agama ya udah kelar dah hidup lo...😃.

Tapi giliran ada suatu peristiwa ataupun kejadian yang positif yang dipelopori oleh seseorang yang berprofesi guru maka pemberitaannya terkesan datar karena bagi khalayak umum sesuatu kebaikan atau perbuatan positif yang dilakukan oleh seorang guru merupakan kewajiban dan keharusan yang sudah semestinya... begitulah cara masyarakat menilai. Padahal guru juga manusia yang terkadang sisi manusiawinya memerlukan penghargaan ataupun apresiasi..

Jadi guru itu berat,...
Pernah ngerasa gak seh kalau label guru yang kamu sandang itu terkadang menjadi bebanmu di lingkungan tempat tinggalmu? Seperti contoh misalkan saat ada kegiatan pertemuan warga, mesti warga yang juga guru selalu ditanyakan pendapatnya sebagai rujukan ataupun pedoman isi pertemuan. So...konsekuensinya mesti datang kalau rapat warga, sekalinya mau ngumpet di rumah atau mau datang belakangan eh keburu dijemput pa RT..😃. Saya sendiri pernah punya pengalaman unik waktu belum lama jadi penghuni perumahan. Ceritanya waktu itu kira-kira pukul 8 malam atau lebih dikitlah ada warga yang tiba-tiba datang ke rumah sambil tergopoh-gopoh... baru selesai saya buka pagar rumah eh warga tersebut langsung ngomong.." Tolong pa..tolong.. ada warga yang kesurupan, bapak khan guru". Lha, saya sempat bingung juga. Kalau diminta tolong untuk menengahi warga yang bertikai memang pernah saya lakukan sebelumnya atau diminta nasehat sekitar pendidikan anak-anak mereka juga sering...nah klo ini diminta tolong untuk menyadarkan orang yang kesurupan...wah belum pernah.. makanya saya tolak dengan halus sambil merekomendasikan seseorang yang lebih patut dalam hal keilmuannya.. mungkin bagi mereka guru adalah sosok yang serba bisa...☺

Jadi guru itu berat,...
Terbukti ya bahwa guru itu sekarang ini tidak bisa dipastikan kepulangannya...(klo berangkatnya mah rada mudah ditebak waktunya)..
Apalagi berbicara masalah kesejahteraan utamanya guru-guru swasta. Sudah menjadi rahasia umum dikalangan pendidik, untuk mendapatkan tambahan insentif atau tunjangan-tunjangan dari pemerintah saja guru mesti jungkir balik mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan.. sepertinya pemerintah kurang ikhlas kalau guru dapat tunjangan-tunjangan.. karena setiap ada peluang untuk mendapatkan insentif dari pemerintah selalu saja dibarengi oleh aturan-aturan yang terkadang menyita waktu dan biaya. Birokrasi dan prosedur yang njlimet... seharusnya pemerintah berpikir bahwa guru adalah garda terdepan dalam upaya mencerdaskan anak-anak bangsa bukan malah dianggap pintu belakang. Makanya sekarang banyak guru-guru yang waktu berangkat dari rumah matahari belum kelihatan alias belum terbit eh... waktu pulang ke rumah mataharinya juga dah gak kelihatan alias sudah tenggelam alias sudah malam.. 😀

Jadi guru itu berat,...
Bayangkan saja, sehari-hari berhadapan dengan makhluk hidup bukan benda mati layaknya komputer atau mesin-mesin. Beda dengan pekerjaan atau profesi yang setiap hari berhadapan dengan komputer atau mesin. SOP mesin atau komputer yang digunakan untuk bekerja selalu sama setiap hari. Ibarat kata sambil tidur juga bisa..😉. Nah kalau guru, yang dihadapi adalah sosok-sosok yang berjiwa yang jangankan setiap hari, setiap saatpun bisa berubah kondisi perangainya. Jadi setiap hari sejatinya seorang guru selalu bertambah ilmunya dalam menangani pekerjaannya. Bagaimana menangani murid A yang hari itu datang ke sekolah dalam keadaan tidak mood, atau menengahi si B, si C, si D yang hari itu bertengkar akibat saling ejek. Atau juga meluangkan waktu untuk berbicara kepada si E yang sedang sedih karena orang tuanya sedang ke luar kota dalam watu yang lama. Semua permasalahan tersebut memerlukan banyak SOP yang sesuai dengan karakter siswanya. Jadi kesimpulannya guru itu memang luaaarrr biasa...


Jadi guru itu berat,...
Kalau anak-anak kita ataupun pasangan kita memiliki prestasi ataupun mendapatkan sesuatu yang membanggakan keluarga, orang lain mengatakan “wajarlah, namanya juga anak guru...” atau “wajarlah, khan suami/istrinya guru.’.. tetapi kalau sedikit saja anak atau pasangan kita melakukan sesuatu hal yang tidak layak meskipun hal itu hal yang kecil dan tidak disengaja tetap saja orang-orang menghakimi dengan perkataan “khan bapaknya guru yach, koq anaknya berbuat begitu seh.’ Sebenarnya perkataan itu merupakan hal yang lumrah atau biasa bila juga disematkan kepada keluarga yang bukan guru, namun itu tidak terjadi. Jarang sekali saya dengar misalnya ada anak yang ayahnya seorang dokter, lalu anak tersebut berprestasi kemudian ada yang mengatakan “wajarlah namanya juga anak dokter.’


Yang paling sedih neh yach... selama tujuh belas tahun mengajar dan mendidik di SD Al Hanief biasanya saat hari pertama sekolah saya selalu menanyakan kepada para murid siapa yang kelak bercita-cita menjadi seorang guru? Tahukah anda jawabannya?... dari 15 atau 30 anak didik yang saya tanya hanya ada 1 atau 2 orang saja yang menginginkan menjadi seorang guru. Bahkan pernah beberapa kali saya tanya, tidak ada satupun anak yang mengangkat tangannya saat ditanya siapa yang kelak bercita-cita menjadi guru? Saya gak tahu apakah hal ini hanya terjadi di sekolah tempat saya mengajar atau di sekolah-sekolah swasta lainnya? Atau juga pada mayoritas anak-anak sekolah di Indonesia? Khan repot kalau begini..... kira-kira apakah anda punya pendapat atau pandangan koq bisa begitu? Kalau begini terus bisa-bisa profesi guru termasuk profesi yang langka di Indonesia. Biasanya yang langka itu bernilai mahal dan dirawat serta dilindungi dengan baik......


Nah untuk mengurangi rasa berat itu, ada beberapa tips neh yang bisa kamu lakukan...:

Kalau berangkat ke sekolah usahain pagi-pagi banget klo perlu abis salam sholat subuh di mesjid langsung ngacir. Soale klo kena macet di jalan kadang suka emosi sendiri, khan berabe klo ngajar sambil emosi..
Masuk kelas dengan senyum, salam, dan sapa. asal jangan senyum-senyum sendirian apalagi senyum sama tembok sekolah.
Klo dah nyampe sekolah tapi hati belom mood buat ngajar ya udah ngopi-ngopi cantik dahulu atau sekedar ngeteh sambil ngemil....
Kalau ada masalah di rumah jangan masuk kelas dahulu, rileks saja di kantor atau di bawah pohon rambutan sekolah...(al hanief ada pohon inspirasi).
Gak usah panik dan gelisah klo sekiranya baju kerja cuman itu-itu aja,... yang penting khan sopan dan rapi

Jangan kebanyakan ngasih PR ke anak didik, ntar repot ngoreksinya. Pun klo ada koreksian biar dikerjakan bareng-bareng saja ama murid-murid...(asal jangan ngoreksi ulangan apalagi kertas PTS/UAS).
Nyantai aja klo ada ortu yang protes tentang pembelajaran anaknya di sekolah.. kadang-kadang orang tua seperti itu karena dia cinta ama gurunya....ehh maksdnya cinta sama sekolah.
Jangan terlalu dipikirkan kalau materi pelajaran tidak berjalan sesuai rencana ataupun buku yang digunakan belum tuntas padahal sudah waktunya, yang penting anak nyaman di kelas atau di sekolah dan perilakunya membaik..... (syarat ke surga khan akhlak yang bagus bukan nilai ulangan atau nilai rapor yang bagus...).
Jadikan atau prioritaskan anak-anak didik agar menjadi orang yang bermanfaat atau yang berattitude baik. Nilai bagus atau anak menjadi cerdas adalah bonus dari Allah SWT....
Uang sertifikasi jangan dihabiskan, simpan buat liburan ....(klo bisa...)
Jangan bawa pekerjaan sekolah ke rumah kalau gak punya niat yang kokoh buat ngerjainnya.... pengalaman soale tuch kerjaan cuman nyangkut di tas doank eh besoknya kebawa lagi....


Nah begitulah kira-kira teman-teman semua... yang mau ngikutin monggo... gak juga gak apa-apa... nyanti aza...

0 komentar:

Posting Komentar