Kamis, 09 Juli 2020

REWARD VS PUNISHMENT


10 Alasan Kenapa Orangtua Tidak Boleh Memukul Anak - Ibupedia"Pokoknya nanti kalau kakak mendapat nilai bagus di rapor, mama akan kasih hadiah yang menarik".
Mungkin kalimat tersebut banyak diucapkan orang tua kepada anak-anaknya yang sedang menempuh pendidikan baik di sekolah formal seperti SD, SMP, maupun SMA ataupun sekolah non formal seperti KB atau TK. Atau kalimat seperti "Kalau kamu masih suka memukul teman, Ibu guru akan memberikan larangan untuk kamu bermain saat jam istirahat".

Kalimat yang pertama merupakan wujud dari pemberian hadiah atau reward, sedangkan kalimat yang kedua merupakan wujud dari suatu hukuman atau punishment.

Reward ataupun Punishment merupakan suatu akibat dari perjalanan perilaku individu-individu dari waktu ke waktu. Bagi para orang tua tentu terhadap anak-anaknya, sedangkan bagi ibu/bapak guru tentu terhadap murid-muridnya. Pemberian hadiah ataupun hukuman dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan anak, menjadi kekhawatiran sebagian besar orang tua maupun guru. Karena bila diterapkan tanpa konsep yang jelas, akhirnya justru mengenyam hasil yang buruk dan dapat berakibat fatal dengan semakin memburuknya perilaku anak.

Supaya pemberian hadiah atau hukuman bisa menjadi metode yang efektif anak agar mau berperilaku baik, perlu diperhatikan syarat-syarat pemberiannya, cara pemberiannya, hingga dosis atau ukuran yang tepat untuk masing-masing anak. Jika keliru melakukannya, hadiah dan hukuman justru berubah fungsi dari obat menjadi racun yang menumbuhkan kepribadian buruk anak.

Allah SWT telah memberikan standar kepada manusia mengenai kesetimbangan dalam memberikan hadiah atau hukuman. Seperti kita ketahui, Allah menjanjikan pahala bila manusia berbuat baik meskipun baru sebatas niat. Dan Allah juga melipat gandakan kebaikan manusia dengan pahala yang berlipat-lipat jika sudah dikerjakan. Sedangkan untuk sebuah dosa, Allah baru memberikannya jika manusia telah melakukan suatu perbuatannya, bila hanya sebatas niat tidaklah masuk dalam catatan dosa. Jika terlaksanapun Allah masih mengampuni dosa kita bila kita segera beristigfar.

Berdasarkan pedoman di atas jelaslah bahwa Allah SWT telah menyiratkan kepada kita hendaklah kita mempermudah pemberian hadiah ataupun penghargaan kepada anak dan mempersulit memberikan hukuman. Artinya pemberian hadiah lebih didahulukan dan diutamakan sedangkan pemberian hukuman diakhirkan dan diminimalkan.

Prinsip-prinsip pemberian hadiah(reward) :
  • Penilaian didasarkan pada "perilaku", bukan "pelaku". Perilaku bisa baik dan bisa buruk, tapi pelaku senantiasa tetap baik.
  • Harus ada batasnya.
  • Paling baik dalam bentuk perhatian. Dalam sebuah testimoni diceritakan seorang ibu yang mempunyai putri di kelas V SD yang selalu mengingat masa indahnya dulu. Sang putri bercerita kepada ibunya kalau waktu SD dahulu gurunya selalu menyelipkan pesan khusus yang ditulis tangan di atas kertas merah muda dan dihiasi corak warna spidol. Selembar kertas sederhana tersebut menjadi menarik karena berisi pujian kepada siswanya berupa kesungguhan belajar, mengenai pergaulana taupun perilaku positif kami.
  • Berdasarkan pada proses bukan hasil.
  • Dimusyawarahkan kesepakatannya.

Prinsip-prinsip pemberian hukuman (punishment) :

  • Ada kesetimbangan antara hukuman dengan hadiah.
  • Maksimalkan kepercayaan dahulu, baru berikan hukuman.
  • Standarkan pemberian pada "perilaku".
  • Berikan hukuman tanpa melibatkan emosi. "Pada saat anak sedang berbuat salah dan harus menerima hukuman, emosinya berada dalam keadaan labil. Mereka hampir kehilangan rasa aman dan khawatir kehilangan kasih sayang orang tua maupun guru. Apabila guru memberikan hukuman dengan disertai emosi, justru akan menjadi pembenaran terhadap ketakutan mereka, sehingga menjatuhkan mental anak".
  • Sudah terjadi kesepakatan sebelumnya dalam hal pemberian hukuman
  • Berikan hukuman secara bertahap dari yang paling ringan
  • Spesifik dalam menjelaskan tingkat kesalahan
  • Fleksibilitas, sesuai kondisi anak
Kita sebagai pendidik (guru) ataupun sebagai orang tua, masing-masing mempunyai peran tersendiri dalam mengembangkan perilaku-perilaku positif anak-anak kita. Kebanyakan para guru maupun orang tua kerap menggunakan teknik pemberian hadiah dan hukuman kepada anak-anak didiknya ataupun anak-anaknya di rumah sebagai usaha untuk membina perilaku mereka. 

Pemberian pujian atas perilaku terhadap mereka secara langsung saat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik, jauh lebih bermanfaat daripada sekedar menjanjikan hadiah atas perbuatan baik mereka namun tertunda penerimaannya. Ada faktor psikologis yang melanda mereka saat sebuah pujian dilontarkan akibat perilaku positif yang sudah dilakukan. Sebagai contoh, kita sebagai guru saat melihat sang murid merapikan sepatu maupun sendal teman-temannya yang tergeletak tanpa beraturan kemudian disusun serta diletakkan di rak sepatu, secepatnya langsung kita apresiasi dengan kata-kata yang memuji sambil sesekali menepuk bahunya sebagai tanda bahwa kita benar-benar bangga dengan perbuatannya. Anak tentu akan merespon dengan bahagia dan secara otomatis dia akan mempertahankan perilakunya tersebut minimal meletakkan sepatu atau sendalnya dengan rapi. Apalagi bila sang guru mengumumkan di depan kelas sang anak, tentu akan lebih baik lagi. 

Yang paling sulit bagi kita selaku orang tua atau guru adalah selalu mengganggap bahwa perilaku baik mereka semisal meletakkan sepatu atau sendal dengan rapi adalah hal yang biasa atau hal yang memang seharusnya mereka lakukan. Sedangkan hal yang lain misalnya saat sang anak menyembunyikan sepatu milik temannya langsung menjadi bahan pembicaraan bahkan sampai mempersiapkan hukuman buat sang anak yang menyembunyikannya. Padahal dua kejadian di atas kerap terjadi pada anak-anak kita namun kita lebih sibuk memperhatikan perilaku buruknya dan menyiapkan punishment dibandingkan mencermati setiap perilaku baiknya dan memberikan apresiasi. 

Pada dasarnya setiap orang senang dipuji dan diberi apresiasi tidak terkecuali kita sebagai orang dewasa, apalagi anak-anak kita. Karena itu mulai kini sibukkanlah diri kita dengan memperhatikan segala perilaku baik anak-anak kita diiringi dengan apresiasi berupa pujian atau reward.
Semoga tulisan di atas bermanfaat buat pengembangan perilaku putra-putri kita sebagai generasi penerus bangsa dan generasi pelurus agama. 
 
#mendidikdenganhati
#setiapanakhebat

#

0 komentar:

Posting Komentar