Sabtu, 04 Juli 2020

"Setan Gepeng" Menghantui anak-anak kita

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Belakangan tersiar berita yang cukup mengejutkan dan menjadi tema pembicaraan di beberapa tempat termasuk di sekolah, di kantor, ataupun tempat arisan misalnya.... tapi ini bukan berita tentang seseorang yang ditusuk saat mengadakan kunjungan di suatu daerah...😁 soalnya agak ngeri-ngeri sedap klo ngomongin soal begituan di saat ini.

berita yang satu ini juga tak kalah menariknya untuk dibahas di forum-forum diskusi ataupun diomongin di tempat-tempat yang santai semisal di warteg ataupun di pedagang kaki lima, bisa juga saat makan bakso/mie ayam di warung pinggir jalan...🤔


Belum lama ini sebuah rumah sakit jiwa di daerah Jawa Barat tepatnya di Cisarua menginformasikan bahwa pasien penderita gangguan jiwa akibat penggunaan handphone/gadget semakin meningkat. Lebih spesifik lagi, bahwa penyebab utamanya adalah keranjingan bermain game yang terdapat pada handpone/gadget tersebut. Tidak cuma akibat bermain game saja melainkan juga karena kecanduan browsing internet, menikmati you tube ataupun aplikasi lainnya. Yang lebih membuat miris adalah mereka yang terdeteksi menderita gangguan jiwa tersebut adalah anak-anak yang berusia antara 5 - 15 tahun yang berarti usia sekolah mereka bukan saja pada tingkat dasar (SD) ataupun menengah tetapi sudah merangsek hingga tingkat pendidikan usia dini (TK)...😂😔


Tentu saja informasi ini sangat berharga buat para orang tua sebagai pendidik di rumah dan juga para guru sebagai pengajar dan pendidik di sekolah. Sebetulnya fenomena ini sudah bisa diprediksi sebelumnya, mengingat menjamurnya penggunaan handphone diberbagai kalangan usia. Namun dengan terpaparnya hingga usia dini sedikit banyak cukup mengejutkan juga. Ada apa dengan pola asuh anak-anak kita di rumah? bagaimana peran sekolah yang merupakan rumah kedua mereka sehingga mereka bisa kecanduan atau keranjingan bermain game? Mungkin dua pertanyaan pokok itu bisa mewakili berbagai macam pertanyaan, mengingat rumah dan sekolah merupakan tempat anak-anak tersebut menghabiskan waktu mereka sehari-hari.


Sebagai seorang guru sering saya menggali informasi dari anak-anak didik berkaitan dengan penggunaan handphone ini. Beberapa informasi yang dapat saya kumpulkan diantaranya adalah :
hampir 100 % anak-anak didik menggunakan dan memanfaatkan hape.... (kebetulan sekolah kami termasuk sekolah dengan kemampuan ekonomi menengah ke atas).
lebih kurang 75 % nya menggunakannya setiap hari dengan durasi pemakaian lebih dari 4 jam (dengan berbagai alasan).
sekitar 50% rumah mereka difasilitasi wifi yang membuat mereka makin asik dengan hapenya..
Perkembangan zaman tentu diiringi dengan perkembangan peradaban termasuk salah satunya perkembangan teknologi. Dan kita tidak akan mungkin dapat terhindar dari proses perkembangan teknologi tersebut. Handphone merupakan salah satu produk dari perkembangan teknologi. Seperti halnya benda mati yang lain misalnya; pisau, gunting, pulpen ataupun laptop yang memiliki dua sisi penggunaan, apakah akan digunakan untuk kemashalatan atau untuk kemudharatan. Begitu juga dengan handphone atau gadget yang juga memiliki dua sisi penggunaan tergantung situasi dan kondisi pemakainya.

Pada awal mulanya alat komunikasi ini tentu sangat bermanfaat bagi kita untuk mempermudah interaksi sosial dengan orang lain baik sekedar bercakap-cakap hingga sampai urusan bisnis. Saat itu hanya orang-orang dengan kehidupan yang berkecukupan yang mampu memilikinya karena selain untuk urusan bisnis ternyata memiliki handphone juga sebagai salah satu life style masa itu. Namun seiring berkembangnya peradaban dan berjalannya waktu, sekarang handphone sudah menjamur seperti barang-barang lainnya yang mudah didapat dan harganya pun sangat terjangkau. Aplikasinyapun semakin berkembang dan modern dengan adanya fitur-fitur yang merangsang para anak-anak serta remaja untuk menjadikannya sebagai "sahabat".

Handphone jika berada di tangan orang-orang dewasa tentu bagaikan "malaikat" yang mampu membantu kita menyelesaikan tugas-tugas sesuai jobdesknya. Namun, di tangan anak-anak ataupun usia remaja, handphone bagaikan "setan gepeng" yang mampu menyesatkan akal pikiran dan mengubah karakter atau fitrah anak menjadi para pembangkang dan pecandu yang sulit untuk dikontrol oleh orang-orang dewasa. 😥

Fakta bahwa semakin banyaknya anak-anak yang menjadi pasien rumah sakit jiwa akibat kecanduan bermain "setan gepeng" semata-mata adalah akibat andil kita sebagai orang dewasa yang menjadi panutan mereka. Tidak sedikit orang tua yang "kelewat sayang" kepada anak-anaknya, sehingga masa usia dinipun mereka sudah diberikan hape. Biasanya orang tua memberikan hape karena untuk mendiamkan sang anak saat merajuk meminta sesuatu, atau bisa juga karena orang tua tidak ingin diganggu pekerjaannya. Karena setiap merajuk sang anak selalu diberikan hape untuk mendiamkannya, menjadikan suatu kebiasaaan yang tanpa sadar bisa meracuni anak dengan aplikasi2 yang terdapat dihape tersebut. Saat ini saja, sering terlihat anak-anak sibuk berhape ria di jalan-jalan, di mal, bahkan bisa jadi saat ke toiletpun mereka menggunakan hape karena permainan game yang sangat mereka gemari. Merekapun memainkannya tanpa memandang waktu. Bahkan banyak terlihat saat maghribpun banyak anak-anak yang masih sibuk memainkan "setan gepeng" di jalan-jalan...sungguh miris sekali.

Sekedar informasi saja, boss microsoft Bill Gates sendiri saat diwawancara menyarankan agar penggunaan handphone/gadget sebaiknya diberikan saat anak berusia 11 tahun. Bayangkan, orang paling mengerti tentang IT dan mungkin juga termasuk salah satu orang terkaya di dunia bisa menasehati dan menyarankan hal seperti itu, karena mungkin menyadari akan dampak buruk handphone bagi anak-anak di masa mendatang.
Bagaimana dengan kita..?

Selama menangani anak-anak di sekolah dasar sejak tahun 2002, memang ada beberapa perbedaan interaksi sosial dan komunikasi dibandingkan dengan kakak-kakak mereka yang sudah lulus sebelumnya terutama 5-10 tahun terakhir, diantaranya :

bentuk makian anak-anak kepada temannya seringkali berasal dari cacian dan makian yang terdapat pada game di handphone mereka.
daya tahan atau stamina anak-anak sekarang yang rentan terhadap penyakit, mengingat mereka lebih banyak duduk dan diam menikmati permainan di handphone ketimbang bermain di luar yang banyak menggunakan motorik kasarnya sehingga mampu mengasah hampir seluruh otot tubuh.
lebih nyamannya mereka bermain dalam kelompok kecil, karena bagi mereka kenikmatan bermain semua ada di dalam game handphone.
bentuk pembulian secara verbal lebih dominan dibandingkan secara fisik. Ini persoalan yang serius karena bully secara verbal mampu membekas jauh di lubuk hati dan perlu waktu lebih lama pemulihannya.
konsentrasi dan fokus anak yang makin bercabang sehingga menyulitkan menerima informasi dalam pembelajaran.
kata-kata kasar yang terserap dipikiran mereka tanpa mereka sadari akibat seringnya bergaul dengan handphone tanpa pengawasan.
mungkin masih banyak lagi dampak2 buruk akibat pengaruh "setan gepeng" bagi anak-anak kita.
kalau kita mau dan bersungguh-sungguh untuk mengantisipasi agar anak-anak kita terhindar dari kecanduan dan rasa ketergantungan kepada gawai (handphone) ada beberapa tips yang mungkin bisa kita implementasikan dan bermanfaat buat kita semua, diantaranya :
● jangan bekali anak dengan gawai sebelum usia 11 tahun... orang tua harus jadi "raja tega".
●kalaupun beralasan untuk komunikasi atau mengontrol sang anak cukup bekali dengan gawai yang sangat minim aplikasi...(cukup buat WA dan telp).
● hilangkan ketersediaan wifi di rumah..biar interaksi sosial terjalin lebih akrab saat anggota keluarga berkumpul...anak pulang sekolah orang tua pulang kantor lalu saling berkomunikasi dan membicarakan apa saja yang bermanfaat atau sekedar bercanda ria..
● kalaupun orang tua sangat tidak tega memutus hubungan anak dengan gawai, bisa membatasinya dengan menggunakan gawai paling lama satu jam setiap hari, itupun menggunakannya di ruang terbuka semisal ruang tamu, teras atau ruang keluarga agar penggunaannya terpantau..

Penulis sendiri sudah melakukannya langsung di dalam keluarga. Anak yang pertama baru dibekali dan diperbolehkan memiliki gawai sendiri saat memasuki usia sekolah menengah pertama kelas 2 atau (kelas 8)... sebelumnya tetap berhubungan dengan gawai namun milik ibunya jadi mudah dalam pengawasan. Terbukti anak mampu menggunakan gawai sesuai kebutuhannya. Saat ini sudah berada di kelas 11 atau tingkat SMA kelas 2... Bahkan di rumah kamipun tidak tersedia televisi sejak anak pertama memasuki usia sekolah kelas 5 SD, terbukti dia enjoy2 saja... bukan berarti penulis anti terhadap televisi...

Mau mencoba silakan...tidak juga gak apa-apa.🙄

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat pembaca semua terutama tentu saja buat saya sendiri.. jangan sampai anak-anak kita tersandera oleh "setan gepeng"....😁

Jaga anakmu....
Bagaimanapun rumah adalah tempat yang menyenangkan meskipun sederhana..

Jangan sampai anakmu "menikmati" masa remajanya di rumah sakit jiwa meskipun kau cari fasilitas yang mewah...

Lebih baik diawal melakukan antisipasi,
daripada....
Diakhir menjadi penyesalan yang tiada berarti...

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


#bahayasetangepeng













0 komentar:

Posting Komentar